Selasa, 09 Agustus 2016

UNTUK AYAH

Ayahku hanya orang biasa, bukan pejabat, bukan kiyai dan bukan siapa-siapa bagi orang lain. Ayahku terkadang bekerja sebagai tukang terbas di kebun tetangga, tukang panen walaupun kami punya kebun sawit sendiri. Semua dia lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tidak jarang ia terluka oleh sabetan parang yang dipengannya. Aku sangat terluka melihat ayahku terluka..entah mengapa aku memang begitu dekat dengan ayahku sejak kecil. Kemana-mana aku selalu ingin bersamannya. Ia selalu mengajarkanku banyak hal, mendongeng sebelum aku tidur lalu memegang kepalaku dan tersenyum seranya berkata pada ibu.
“ udah panas ini kepala  anak kita memikirkan dogeng yang bapak ceritakan” ucapnya sambil tertawa.
Aku hanya terdiam memandangi wajahnya, sambil menvisualisasikan apa yang ayahku ceritakan.
Rasanya jika bersama ayah aku merasa selalu berpetualang, di sela-sela perjalananku waktu kecil bersamannya ia selalu bisa menjawab rasa ingin tahuku dengan jawaban yang bisa aku terima di usiaku yang masih kecil. Aku dengan segudang rasa ingin tahu, selalu membutuhkannya untuk menjawab semua pertanyaan dalam otakku.
Ayahku bukan siapa-siapa, namun aku selalu kagum dengan kepintarannya. Sepertinya dia berharap aku juga bisa sepertinnya.  Pernah satu ketika aku mendapatkan tugas dari guru sekolah dasarku, membuat prakarya bebas. Temanku banyak yang membuat karya-karya dari sabun, asbak rokok dari tanah liat dll. Aku kebingungan kehabisan ide mau membuat apa. Sebenarnya jika ayahku mau membantu aku akan mendapatkan nilai tertinggi di sekolah. Ayahku pintar melukis, mengukir dan membuat prakarya kecil ukuran anak SD bukanlah kesulitan baginnya. Tapi ia tidak pernah mau membantuku membuat prakarya. Pernah aku menagis kepada ibu agar ibu membujuk ayah membuat lukisan untuk prakarya yang akan di kumpul beberapa hari lagi. Tapi ayah menolak...ibu memaksa dengan alasan kasihan padaku.
Akhirnya ayah mau..beliau menggambar di kertas buku gambar yang rencananya akan aku gunting dan aku buatkan bingkai sebagai tugas prakaryaku tahun itu. Tapi apa yang terjadi aku tidak menyukai gambarnya, karna yang aku mau bukan begitu..aku menagis karna tidak terima gambar yang ayah buat tidak sesuai dengan permintaanku. Gambarnya terlalu bagus dan aku ketakutan jika guru mencurigai bahwa itu bukan buatanku. Akhirnya aku putuskan membuat sendiri prakarya dari tanah liat denga ukiran-ukiran bunga-bunga kecil yang terinspirasi dari ukiran-ukiran yang sering ayahku buat saat mengerjakan mebel berbentul almari atau sofa tempat tidur. Jadilah prakarya sederhana dan bisa dipastikan tidak masuk 5 besar jika dibandingkan karya-karya teman-temanku yang lain. Sejak saat itu aku selalu menegerjakan tugas prakaryaku sendiri dan tidak peduli jika maksimal nilaiku hanya 80 saja tidak pernah meningfkat.
Ayahku juga jago matematika walaupun hanya tamatan SMEA di kuala tungkal. Saat itu aku lupa membuat tugas matematika tentang cahaya dan bayangan. Soallnya mudah hanya mengukur bayangan tongkat panjang 1 meter, dan diukur bayanganya pada saat jam 2 siang. Masalahnya sagat berat..karna hari sudah malam dan besok tugas itu harus dikumpulkan. Kemana aku harus mencari matahari...? aku mulai menagis karna aku tidak mau jika tidak mengerjakan PR apalagi harus mencontek temanku yang aku yakin jawabanya asal-asalan alias asal menunaikan tugas sudah mengerjakan PR. Ibu mulai membujuk ayah untuk mencarikan solusi dari tugas sekolahku. Aku sudah pasrah menagis sesegukan dikamar. Saat itu masih menggunakan lampuk aladin. Tiba-tiba ayah memaggilku. Dengan ogah-ogahan aku bangkit sambil membawa buku PR...beliau mengambil pensilku yang belum diraut dan mematikan lampu. Aku hanya diam menyaksikan apa yang akan ayahku lakukan sambil terus sesegukan. Dia mengambil senter dan menyinari dengan sudut tepat jam 2 degan jarak tertentu (aku sudah lupa) dan mencatat hasilnya...lalu kembali meghidupkan lampu. Aku  terheran-heran dengan jawabn yang ayahku buat. Tapi aku tidak sempat berfikir lagi karna bagiku yang penting aku tidak dihukum dide[an kelas karna tidak mengerjakan PR dan mudah2han jawabannya mendekati. Walaupun secara logikaku saat itu aku sgatt ragu dengan jawaban yang dibuat ayahku. Ternyata disekolah aku satu-satunya anak yang jawabannya benar, semua pandangan tertuju padaku...aku hanya gelagapan dan kebingungan. Aku saja tidak percaya jawabanku benar. apakah guru matematikaku ini salah batinku. Jelas-jelas aku tidak mengerjakan sesuai prosedur yang benar dibawah matahari pukul 2 siang, tidak pake tongkat lagi hanya menggunakan pensil dan bayanganya diukur dari cahaya senter. Sangat tidak bisa ku percaya. Barulah kuakui jika ayahku sagat jago mencarikan solusi buatku. Tapi selanjutnya aku tidak pernah lagi memintanya menyelesaikan tugas-tugasku karna aku takut jika ditaya guru dari mana mendapatkan jawban yang kubuat lalu aku tidak bisa menjawab. Jadi aku selalu berusaha mengerjakan PR ku sendiri.
Itu kisah masa kecilku dengan ayahku...sebenarnya banyak hal-hal indah yang ingin kuceritakan. Tapi saat ini aku ingin berbagi kesedihanku dan kekecewaanku pada sosok yang selalu kubanggakan itu. Dimulai saat aku wisuda S1, ayah tidak hadir dengan alasan tidak punya uang. Sebelumnya keluarga kami megalami kebangkrutan. Usaha ayahku berantakan dan mobil yang dibelinnya ikut terjual. Ayahku ditipu dan hampir saja dipenjarakan oeeh orng yang menipunnya. Ayahku memang tidak begitu faham tentang hukum dan saat itu aku tidak bisa membantu apa-apa dengan kondisiku yang juga sajak semster 5 harus membiayai kuliahku sendiri. aku sagat kesal dengan ayahku saat itu, aku yang harus membiayai kuliahku sendiri dan harus membayar cicilan motorku sendiri. aku yang notabenenya aktif di kampus harus berjuang mencari waktu buat kerja sampingan. Aku belum siap dengan kedadaan itu..tapi selalu ada jalan bagi orng yang bersungguh-sungguh.  Ayahku juga harus membayar kredit motornya sendiri saat itu. Hingga ia pergi dari rumah entah kemana. Aku tidak begitu peduli...aku begitu kesal padanya..karna aku selalu melihat ibuku menagis.
Aku jarang pulang ke kampung dengan alasan banyak pekerjaan, memang dengan kehidupanku saat itu aku harus berhemat dan bekerja keras unutk membiayai kulihaku, membayar motor dan biaya hidup sehari-hari.
Pada saat wisuda aku sangat berharap kehadirannya..setidakknya ayahku bisa hadir melihat aku mengenakan toga untuk pertama kalinya. Aku disuruh ibu meminta uang pada ayah..mugkin ibu ingin ayahku tidak melupakan kewajibannya sebagai seornag ayah kepada anaknnya. Ayahku mengirimkan uang dengan satu syarat..dia tidak bisa menghadiri acara wisudaku karena itu uang terakhir yang dimilikinya dan semua sudah dikirimkan padaku. Aku benar-benar sedih aku sangat mengharapkan ayahku bisa berpoto bersama seperti keluarga-keluarga yang lain. Yang orng tuanya masih lengkap. Aku amat kecewa hingga akhirnya niatku untuk melanjutkan S2 terhalang karna uang tabunganku tidak cukup untuk biaya kuliah yang aku yakin sagat mahal bagiku sat itu. Aku pun memilih kerja di perusahaan swasta demi untuk mengumpulkan uang agar bisa melanjutkan kuliahku.
Aku begitu sakit menjalani hidup saat itu, tapi aku berusaha kuat...gaji peramaku yang hanya 1,5 juta kuusahakan untuk ditabung. Aku begitu hemat dan tidak lagi berharap banyak pada orang tuaku. Aku yakin aku bisa melanjutkan kuliahku lagi. Dengan rasa kecewaku yang sangat dalam tetapi tidak bisa menghalangi rasa rinduku pada ayahku. Aku amat merindukannya..merindukan ayahku yang dulu. Yang selalu ada waktu untukku yang selalu memberikan solusi dengan masalah-maslah yang aku hadapi.
Kekecewaaanku pada ayahku tidak bisa menghalangi cinta dan kasih sayangku untukknya. Aku tetap terluka melihatnya terluka. Aku tetap khawatir dengan kesehatannya. Jika orang bilang kasih anak sepanjang galah...aku sagat tidak setuju...karena alu sagat mencintai keluargaku. Apapun yang aku lakukan hanya untuk membahagiakan kedua orang tuaku.
Ayahku sudah tidak muda lagi...usianya saat ini 52 tahun. Kekuatannya pasti sangat jauh berkurang. Sementara aku belum bisa memberikan hal yang lebih untuk keluargaku. Aku saat ini hanya bisa bertahan untuk hidupkau sendiri. Banyak sekali pertentangan diantara aku dan ayah. Tetapi itulah kasih sayang ayah dan anak...aku tidak pernah mengungkitnya lagi...aku hanya diam dan menagis jika mengingat perjuanganku tanpanya saat itu.
Aku selalu meyakinkan diriku bahwa ayahku pasti sangat mencintaiku dan selalu ingin membuatku bahagia. Aku hanya ingin ayahku menjaga kesehatan dan melihat senyumnnya rasanya aku sudah bahagia.
Ayahku adalah pria pertama yang sagat aku cintai dalam hidupku, yang mengajarkanku banyak ilmu. Mungkin bagi sebagian orang ayahku bukan siapa-siapa..tetapi aku bangga dengan ayahku walaupun ia bukan pejabat, pegawai, guru atau ustadz tapi ia ayah nomor satu yang memberikanku pelajaran kehidupan. Aku selalu mengambil hikmah dalam segala jalan yang aku tempuh. Ayahku yang pintar matematika, pintar melukis dan memiliki nilai seni yang tinggi, ayahku yang pemarah yang yah...mungkin sedikit menurun padaku sifatnya yang ini.  Ayahku selalu menikmati hidupnya dan tidak pernah menyalahkan keadaan...itulah yang membuatnya selalu berbeda dimataku.

I love u ayah...semoga Allah memberikan umur panjang agar aku bisa membahagiakanmu.
Semoga senantiasa diberikan kesehatan dan kesabaran dalam menjalani hidup ini. Jika Allah meginginkan kita sukses kita akan sukses atas izinnya...tapi aku akan suskses karna usaha dan doa kedua orang tuaku.


Diselesaikan di Bogor, 15 Agustus 2015

@Shintaanggreany

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MANFAAT JAGUNG MANIS UNTUK IBU HAMIL DAN MENYUSUI

Jagung manis (Zea mays saccharata) bisa dikonsumsi sebagai sayur atau jagung bakar. Jagung manis juga memiliki nilai jual cukup tinggi di pa...