Sabtu, 20 Agustus 2016

KAU TAK AKAN TERGANTI

TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA
    Jambi , 18032011

Kau tak akan terganti

Kabut yang mengitari kehidupanku
Batu terjal yang menghalagi perjalanan hidupku
Darah dan air mata yang menghiasi langkah kakiku yang lemah
Namun, aku tetap bertahan
Aku merasa kuat saat ku tau kau masih selalu bersamaku
Kau mesih ada di sampingku
Setia menungguku di sana
Hingga kita dipertemukan kembali
Kekasihku…

Aku memulai kisah ini dengan harapan bisa bersama gadis yang sangat aku cintai, yang mengisi hidupku dangan canda tawanya, yang selalu membuatku tersenyum dan bersemangat menghadapi kejamnya kehidupan yang menghantamku. Aku adalah laki-laki yang beruntung sedunia, selang beberapa waktu aku meminang gadis pujaanku. Kebahagiaan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya, mendapatkan seorang gadis yang aku impikan, menjadikanya istriku dan akan menjadi ibu dari anak-anakku kelak.
Usiaku yang masih cukup muda saat itu 19 tahun dan istriku 18 tahun. Dengan usia mudaku dan pekerjaanku sebangai montir di sebuah bengkel yang cukup terkenal dikotaku, pada tahun 2008 aku resmi meminangnya. Istriku menerimaku apa adanya, dia terlihat bahagia dengan apa yang kami jalani berdua, meski kehidupan yang kami jalani penuh rintangan tapi senyum itu selalu ku dapatkan saat aku pulang dari tempatku bekerja.
Sepuluh bulan berlalu istriku positif hamil, aku begitu bahagia, aku akan segera menjadi seorang ayah. Aku begitu bersyukur dengan apa yang Allah limpahkan padaku, seorang istri yang setia, yang sekarang tegah mengandung anakku, keturunanku, yang selalu aku nantikan. aku merasa menjadi pria paling bahagia di dunia saat itu. Setiap pulang dari tempat kerjaku aku selalu menyempatkan diri untuk membelikanya makanan yang dia sukai, aku menyisihkan uangku untuk kebutuhanya selama masa kehamilan, aku berkerja siang malam, aku tidak merasa lelah, aku begitu bahagia hingga enam bulan berlalu istriku melahirkan,  waktu yang terlalu cepat untuk seorang ibu melahirkan anak yang seharusnya membutuhkan waktu Sembilan bulan itu. istriku melahirkan bayi perempuan secara premature, bayi yang mungil dan cantik namun kondisinya yang lemah membuatnya harus di rawat beberapa waktu di rumah sakit.
Gea…itu adalah nama bidadari kecilku, dia tumbuh sehat dan perkembanganya cukup baik untuk ukuran bayi yang terlahir premature, aku tak henti-hentinya bersyukur atas apa yang Allah berikan padaku. Selang beberapa waktu berlalu istriku sakit, awalnya hanya terlihat seperti sakit demam biasa, namun semakin lama semakin parah. Aku merawat anakku dibantu dengan ibu mertuaku, karna istriku terbaring sakit dan di rawat disebuah rumah sakit dikota kecil tempat tinggalku. Aku selalu menyempatkan diri menemaninya, sepulang dari tempat kerjaku, aku merawatnya, aku benar-benar takut kehilanganya. Waktu berlalu seorang dokter menyampaikan padaku bahwa istriku mengidap penyakit yang serius, pembengkakan jantung. Aku tidak memberitahukannya langsung pada istriku, aku begitu khawatir dengan kondisi kesehatanya yang kian menurun, aku takut berita itu akan memperburuk keadaanya.
Tiga bulan berlalu istriku tidak mampu berdiri, hanya berbaring di tempat tidurnya, aku memutuskan untuk merawatnya dan berhenti dari pekerjaanku, uang yang ku kumpulkan semua ku serahkan pada ibu mertuaku, untuk membiayai anakku yang baru berusia tiga bulan dan biaya administrasi dan pengobatan di rumah sakit tempat istriku dirawat, aku ingin istriku segera dioperasi namun dokter menolaknya karna kesehatan istriku yang menurun drastis, apabila dipaksakan akan berakibat fatal, kata dokter saat itu. Aku menagis di sela-sela tahajutku, kuhadapkan wajahku pada yang maha segalanya, aku menyerahkan segalanya pada Allah, aku tidak memiliki sedikitpun kekuatan untuk menahan apa yang Allah kehendaki atas ketentuanya dalam perjalanan hidupku.
Hari yang takkan terlupakan dalam hidupku, istriku kritis dan aku menggenggam erat tanganya, meciuminya dan aku tidak ingin meninggalkanya, senyumnya tetap mengembang saat dia meminta untuk melihat anak kami dan menciumi buah hati kami, aku memeluknya erat berusaha memberikan kekuatan di saat-saat kritisnya. Nafasnya terasa tersendat-sendat, aku mendengar dengan jelas istriku tengah berjuang menghadapi sakharatul maut. Aku menagis , hatiku begitu teriris, aku merasa tidak akan sanggup menghadapi detik-demi detik melihat istriku perlahan akan meninggalkanku, namun aku berusaha bangkit membisikan kalimat syahadad ditelinganya, dan dia mengucapkanya dan suara itu adalah suara yang terakhir ku dengar. Istriku menghembuskan nafas terakhirnya.
Aku merasa semua benda disekelilingku runtuh dan menghimpit tubuhku, ku peluk putri kecilku erat, aku begitu takut, aku takut kehilangan putriku setalah istriku yang telah meninggalkan aku. Aku berusaha tegar di depan putri kecilku yang belum mengerti apa-apa , matanya yang begitu polos seakan memberiku semagat untuk terus menjalani kehidupanku, dadaku selalu sesak saat mengingat putriku kini akan hidup tanpa kasih sayang seorang ibu, tanpa dekapan hangat dan belaian manja ibunya yang kini telah meninggalkan kami berdua.
Aku berusaha tetap tegar, aku memeluk istriku untuk yang terakhir kalinya, aku sadar dia telah meninggalkan dunia ini namun, aku merasa cintanya masih disini, di dalam hatiku. Aku memandikan jenazah istriku, ikut mengafaninya dan membawanya hingga ke liang lahat, tempat peristirahatan terakhirnya. aku sadar tidak akan bisa menyentuh raganya lagi, aku tidak akan bisa membelai rambutnya namun, aku harus tetap menjalani hidupku, merawat dan membesarkan buah hati kami.
Tiga bulan telah berlalu, aku tetap merasakan istriku masih berada disampingku, aku terpuruk, mungkin aku lebih terlihat seperti orang gila, aku selalu menyendiri, pergi ketempat-tempat yang pernah kami kunjugi dulu saat masih bersama. ku sadari semua ini adalah ketentuan Allah yang harus ku terima. Mata mungil putriku menyadarkanku untuk bangkit kembali menjalani kehidupan ini. Aku merasa kuat saat bersama putriku, buah hatiku adalah kado terindah yang diberikan Allah dan istriku untukku.
Aku mulai menjalani kehidupanku seperti biasanya, bekerja sekuat tenaga untuk putriku tercinta, namun, aku harus berpisah denganya. Ibu mertuaku memutuskan untuk merawat putriku, aku tak kuasa menahanya, aku tidak akan melukai hati ibu mertuaku yang telah kehilangan anaknya dan beliau menganggap putriku adalah pengganti anaknya yang telah tiada. Aku tidak pernah jauh dari putriku, jauh darinya begitu pahit kurasakan, dia adalah semagatku namun, aku harus meninggalkanya untuk bekerja di luar kota kecilku. Aku ingin anakku selalu berkecukupan, tidak ada hal lain yang ku inginkan.
Alhamdulillah putiku tumbuh dengan sehat dan hari ini adalah hari ulangtahunnya yang ke dua, aku pulang untuk menemuinya, buah hatiku tercinta yang selalu ku rindukan. Aku membelikanya sebuah handphone agar saat aku merindukanya aku bisa mendengar suaranya memanggilku Ayah…

Sayang…. bisakakah kau rasakan aku
Bisakah kau lihat aku dan anak kita..
Kami berdua akan terus merindukanmu
semoga suatu saat kita bisa dipertemukan kembali
Cinta yang tulus untukku tlah kau bawa..
Aku masih bisa merasakan kahadiranmu
Karna kau tak akan bisa terganti….


( Kutuliskan cerita ini untuk seseorang yang mengajarkanku untuk terus tegar, Terimakasih buat kisah yang kau bagikan untukku )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MANFAAT JAGUNG MANIS UNTUK IBU HAMIL DAN MENYUSUI

Jagung manis (Zea mays saccharata) bisa dikonsumsi sebagai sayur atau jagung bakar. Jagung manis juga memiliki nilai jual cukup tinggi di pa...